Mempunyai Peluang Rider Indonesia di MotoGP Cukup Terbuka

Mempunyai Peluang Rider Indonesia di MotoGP Cukup Terbuka
Mempunyai Peluang Rider Indonesia di MotoGP Cukup Terbuka. Publik Tanah Air masih harus ekstrasabar menyaksikan pembalap Indonesia di MotoGP. Memiliki dua rider yang bertarung di Moto2 tidak berarti pembalap Indonesia siap bertarung di kelas paling bergengsi tersebut.

Musim ini, Indonesia cukup beruntung karena memiliki dua pembalap yang bertarung di Moto2, yakni Dimas Ekky Pratama dan Rafid Topan Sucipto. Buat Dimas, ini adalah musim keduanya di Moto2. Sementara Rafid menjadi comeback setelah sempat melakukannya pada 2012 dan 2013. GP Malaysia, Minggu (4/11), menjadi penampilan perdana mereka musim ini.

Hasilnya, tak terlalu mengecewakan, setelah roda motor kedua mereka menyentuh garis finis. Dimas finis di posisi ke-23 setelah terpaut lebih dari 57 detik dari posisi pertama Luca Marini dari SKY Racing Team VR46 yang mencatatkan waktu 38 menit 25 detik. Sementara Rafid finis di posisi buncit dengan selisih waktu lebih dari 2 menit 4 detik dari Marini.

“Mengenai dua pembalap Indonesia di Moto2, saya berharap yang terbaik untuk mereka. Tidaklah
mudah naik ke MotoGP,” imbuh Pemilik LCR Honda Lucio Cecchinello, kepada wartawan, Sabtu
 (3/11), dalam acara gala dinner LCR Honda bersama Castrol.

Cecchinello pantas menjadi referensi jawaban atas pertanyaan tersebut karena posisi LCR Honda sebagai salah satu tim satelit di MotoGP bisa digunakan pintu masuk para pembalap baru ke tim elite.

LCR Honda yang didukung Castrol berhasil memanaskan persaingan dalam beberapa musim terakhir. Mereka selalu berada di kisaran 10 besar pada akhir klasemen balapan, termasuk musim ini di mana mereka memiliki Cal Crutchlow.

Pembalap berusia 33 tahun yang menjadi rider LCR sejak 2015 tersebut tampil bagus pada 2018 dengan menempati urutan ketujuh klasemen pembalap sementara dengan tiga kali podium, termasuk di GP Argentina saat Crutchlow di podium pertama sebagai yang tercepat.

Pembalap Indonesia harus menunjukkan performa terbaik di Moto2 jika ingin naik ke kelas MotoGP. Jadi, menurut saya, sekitar satu atau dua tahun yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan di Moto2,” kata pria asal Italia itu.

Dia cukup senang melihat perkembangan olahraga balap di Asia Tenggara, termasuk Indonesia cukup bagus. Menurut Cecchinello, balap motor di Asia Tenggara berkembang pesat.

“Kami senang bisa melihatnya karena di negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand ada banyak kompetisi lokal yang telah dimulai. Begitu besar investasi dari manufaktur terhadap balapan dan pembalap muda demi mentas di MotoGP pada masa mendatang,” imbuhnya.

Sementara pembalap LCR Honda Stefan Bradl mengatakan untuk bisa berada di MotoGP memang tidak mudah. Selain bakat dan passion, butuh kerja keras dan jalan yang tidak mudah. Menurut Bradl, mereka yang ingin jadi pembalap profesional sudah harus memulainya sejak usia sangat muda. Dimulai dengan motor kecil dan terus berlanjut ke level lebih tinggi.

Dia juga harus berada di lingkungan balap. “Kombinasi tersebut dibutuhkan untuk berada di dunia balap motor,” kata pembalap asal Jerman tersebut. Jika semua tersebut sudah dimiliki, terakhir adalah kesempatan dan keberuntungan.

Seperti yang dirasakan riderasal Malaysia Hafizh Syahrin. Partisipasinya di MotoGP musim ini tidak semata karena kualitas yang diperlihatkan pada Moto2 musim 2016 dan 2017. Ada faktor keberuntungan dan spekulasi yang dilakukan pemilik Tech 3 Herve Poncharal.

Syahrin dikatakan beruntung karena salah satu pembalap Tech 3 Jonas Folger memutuskan tak ambil
bagian di MotoGP 2018. Mundurnya Folger diikuti dengan langkah penuh risiko Poncharal yang langsung mempromosikan Syahrin. Meski sempat diragukan, Syahrin memperlihatkan kemampuan musim ini. Menempati peringkat 16 dengan 40 poin tidaklah terlalu buruk untuk debutan.

Comments

Popular posts from this blog

Kinerja Ekspor Menghambat Pertumbuhan Ekonomi

Mencari Pengelola Baru Untuk Beruang Madu

Malcom Cetak Gol Buat Barcelona